Mengenal Prosesi Tingjing dan Sangjit dalam Lamaran Pernikahan Tionghoa, Ini Perbedaannya

Posted on

Perbedaan Prosesi Tingjing dan Sangjit dalam Lamaran Pernikahan Adat Tionghoa

Dalam tradisi pernikahan adat Tionghoa, prosesi lamaran tidak hanya menjadi momen pertemuan antara dua keluarga, tetapi juga memiliki makna budaya yang dalam. Dua prosesi utama yang sering dilakukan adalah Tingjing dan Sangjit. Meskipun sama-sama berkaitan dengan lamaran, keduanya memiliki perbedaan dari segi waktu pelaksanaan, tujuan, hingga tata cara.

Apa Itu Tingjing?

Tingjing, yang juga dikenal sebagai Dingqin, merupakan bagian dari prosesi lamaran dalam budaya Tionghoa yang dilakukan oleh keluarga calon pengantin pria. Tradisi ini biasanya dilangsungkan pada pagi hingga menjelang siang, yakni sekitar pukul 09.00 hingga 11.00. Kata “Ding” dalam bahasa Tionghoa berarti menetapkan atau menyetujui, sedangkan “Qin” mengacu pada orang tua. Oleh karena itu, Dingqin dapat dimaknai sebagai bentuk kesepakatan resmi dari orang tua kedua belah pihak atas rencana pernikahan anak-anak mereka.

Prosesi Tingjing umumnya dilakukan enam bulan hingga satu tahun sebelum pernikahan. Acara ini diselenggarakan di rumah calon pengantin wanita, di mana keluarga pria datang membawa berbagai hantaran sebagai bentuk penghormatan. Meski demikian, keluarga wanita tetap menjadi tuan rumah acara, termasuk dalam hal penyediaan konsumsi.

Setelah sambutan dari masing-masing pihak, ibu calon mempelai pria akan memakaikan kalung kepada calon pengantin wanita sebagai simbol ikatan dan tanda bahwa hubungan mereka telah dilamar secara resmi. Selanjutnya, dilakukan penentuan tanggal pernikahan berdasarkan sistem astrologi Tionghoa, yaitu BAZI. Metode ini melibatkan delapan karakter waktu lahir yang mencakup tanggal, bulan, tahun, dan jam kelahiran, kemudian dikaitkan dengan shio serta unsur-unsur elemen kehidupan.

Rangkaian acara Tingjing meliputi penyambutan keluarga pria, sesi pembukaan untuk mencairkan suasana, prosesi pemakaian kalung, penentuan tanggal pernikahan, bincang ramah antara keluarga, hingga penutupan. Beberapa keluarga mengadakan Tingjing secara sederhana, namun tak sedikit pula yang menjadikannya sebagai acara formal dan penuh makna.

Di era modern, banyak pasangan calon pengantin yang memilih untuk menggabungkan prosesi Tingjing dan Sangjit dalam satu hari. Hal ini dilakukan demi efisiensi waktu dan penghematan biaya.

Apa Itu Sangjit?

Setelah prosesi Tingjing, lamaran adat selanjutnya adalah Sangjit. Prosesi ini menekankan keterlibatan kedua keluarga dan memperkuat komitmen kedua calon mempelai dalam membangun rumah tangga. Prosesi Sangjit menandai tahap pertukaran seserahan atau hadiah antara keluarga calon mempelai pria dan wanita.

Prosesi ini biasanya berlangsung antara satu bulan hingga satu minggu sebelum hari pernikahan, pada pukul 10.00 hingga 13.00 siang. Dalam Sangjit, kedua calon pengantin akan mengenakan pakaian tradisional khas Tionghoa, yaitu cheongsam untuk perempuan dan changshan untuk laki-laki. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya leluhur.

Keluarga pria akan membawa seserahan dalam baki-baki berjumlah genap (biasanya 6, 8, atau 12), yang masing-masing melambangkan harapan baik, komitmen, dan kesiapan membangun kehidupan bersama. Acara diawali dengan sambutan dari pihak keluarga wanita, lalu baki-baki seserahan diserahkan satu per satu kepada pihak wanita. Setelah diterima, seserahan tersebut akan dipindahkan untuk disusun atau disortir sesuai kebiasaan keluarga.

Selanjutnya ada sesi ramah tamah dan penghormatan kepada orang tua kedua belah pihak, kemudian jamuan makan siang. Sebagai bagian dari simbol berbagi berkah, sebagian dari seserahan yang dibawa keluarga pria akan dikembalikan. Pihak wanita juga akan memberikan balasan dalam bentuk seserahan kepada keluarga calon pengantin pria.

Isi seserahan dalam prosesi Sangjit biasanya melambangkan harapan baik untuk kehidupan rumah tangga calon pengantin. Barang-barang yang biasanya disertakan antara lain angpao berisi uang susu dan uang pesta sebagai bentuk penghargaan dan dukungan. Selanjutnya ada pakaian wanita sebagai simbol kesiapan membina rumah tangga, serta satu set perhiasan berupa cincin, kalung, anting, dan gelang.

Terdapat juga seserahan perlengkapan pribadi seperti kosmetik, buah-buahan manis (biasanya 18 buah), sepasang lilin merah bermotif naga dan phoenix. Selain itu, ada juga makanan kaleng atau kaki babi sebagai lambang kelimpahan, dua botol arak atau champagne, kue dan manisan berjumlah genap, serta kotak hadiah berwarna merah yang telah disepakati bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *