Proyek Tol Getaci: Kabar Gembira dan Fakta Unik yang Perlu Diketahui
Proyek Tol Getaci kini mendapatkan kabar menggembirakan yang memberikan harapan besar bagi warga Jawa Barat, khususnya di wilayah Priangan Timur. Proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) 2025 di era Presiden Prabowo Subianto dan akan dilelang pada tahun 2026.
Kabar gembira juga datang dari proses pembebasan lahan Tol Getaci. Setelah vakum selama hampir tiga bulan, pembayaran uang ganti rugi (UGR) kembali berlanjut di wilayah Kabupaten Bandung. Hingga saat ini, fokus pembebasan lahan masih berlangsung di segmen Gedebage – Garut Utara.
Pembayaran UGR Tol Getaci kembali berlanjut pada Jumat 17 Oktober 2025 untuk wilayah Kabupaten Bandung. Acara berlangsung di Kantor Desa Cibodas, Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. Selain pembayaran UGR, acara juga dilengkapi dengan upacara pelepasan hak atas tanah, bangunan, dan tanaman dari warga kepada negara, dalam hal ini kepada Panitia Pengadaan Tanah Proyek Tol Getaci.
Adapun pembayaran UGR dilakukan kepada warga pemilik lahan di Desa Cibodas (Kecamatan Solokanjeruk), Desa Cijagra dan Desa Tangsimekar (Kecamatan Paseh), serta Desa Tegalluar (Kecamatan Bojongsoang).
6 Fakta Unik Lahan Tol Getaci Gedebage-Garut Utara
Pembebasan lahan untuk kepentingan pembangunan Tol Getaci saat ini masih fokus di segmen Gedebage hingga Garut Utara atau tepatnya di Kecamatan Banyuresmi sesuai dengan izin penetapan lokasi (penlok) yang sudah dikeluarkan oleh Pemprov Jabar. Berikut adalah beberapa fakta unik terkait lahan Tol Getaci:
-
Kebutuhan Lahan
Untuk pembangunan jalan Tol Getaci di Segmen Gedebage hingga Garut Utara, dibutuhkan lahan seluas 678,78 hektare. Kebutuhan lahan seluas itu masing-masing di wilayah Kota Bandung seluas 28,1 hektar, Kabupaten Bandung 392,60 hektar, dan Kabupaten Garut seluas 258,1 hektar. Kebutuhan lahan sebanyak itu berada di 45 desa/kelurahan yakni Kota Bandung (1 kelurahan), Kabupaten Bandung (27 desa), dan Garut utara (17 desa). -
Lima Desa dan Satu Kelurahan Tuntas Terima Pembayaran UGR
Hingga saat ini, pembebasan lahan Tol Getaci di segmen Gedebage hingga Garut Utara baru mencapai sekitar 50 persen. Di wilayah Kabupaten Bandung, pencapaian baru mencapai 42 persen, sedangkan di Kabupaten Garut sudah mencapai 52 persen. Ada lima desa dan satu kelurahan yang telah tuntas menerima pembayaran UGR. -
Ada Lahan Aset Pemerintah yang Tergusur
Di antara kebutuhan lahan 678,78 hektare untuk pembangunan Tol Getaci segmen Gedebage – Garut Utara, terdapat lahan yang merupakan aset milik pemerintah, yakni di Kelurahan Rancabolang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Lahan seluas 28,1 hektare milik Pemkot Bandung harus dilepaskan untuk kepentingan pembangunan jalan Tol Getaci. Penyerahan lahan ini tidak perlu mengeluarkan uang ganti rugi karena lahannya milik pemerintah. -
Desa Penerima Pertama Pembayaran UGR Tol Getaci
Sosialisasi dan pelaksanaan pembebasan lahan proyek Tol Getaci sudah dilaksanakan sejak tahun 2022 setelah ditentukan pemenang lelang yang digelar akhir tahun 2021. Meski Kementerian PUPR ketika itu memutuskan dilakukan lelang ulang pada tahun 2022, namun proses pembebasan lahan tetap dilaksanakan. Pembayaran uang ganti rugi pertama diterima Desa Cigentur dan Desa Karangtunggal, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung. Pelaksanannya dilakukan sekitar akhir tahun 2022. -
Desa dengan Lahan Terluas dan Terkecil yang Tergusur Proyek
Dari 45 desa/kelurahan yang akan dilalui rute jalan Tol Getaci, ada desa dengan lahan terluas yang tergusur proyek tersebut. Desa Bojong, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, menjadi desa di segmen Gedebage-Garut utara dimana lahan yang tergusur proyek jalan tol ini paling luas yakni 66,85 hektar. Sedangkan desa yang lahannya terkecil yang tergusur proyek Tol Getaci adalah Desa Nagreg, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Desa ini hanya akan kehilangan lahan seluas 0,41 hektar saja. -
Harga Lahan di Gedebage Naik Gila-gilaan
Kawasan Gedebage, Kota Bandung yang akan menjadi titik awal Tol Getaci, merupakan kawasan dengan pembangunan paling pesat dan maju di wilayah Kota Bandung. Harga lahan di kawasan ini naik gila-gilaan. Menurut data DPD Real Estate Indonesia (REI) Jabar, harga lahan di wilayah Gedebage pada tahun 2010 hanya berkisar Rp 30 hingga Rp 50 ribu per meter, namun kemudian naik gila-gilaan.
Harga lahan di kawasan ini bermula naik ketika Walikota Bandung yang saat itu dipegang Ridwan Kamil, berencana akan membangun kawasan Bandung Technopolis pada 2015. Kemudian ketika pengembang perumahan papan atas PT Summarecon Agung bergerilya mencari lahan untuk pembangunan rumah elit pertama mereka di Kota Bandung, membuat harga lahan kian melejit.
Jika sebelumnya harga lahan hanya Rp 50 ribu per meter kemudian melejit menjadi Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per meter. Sementara itu menurut data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI), pada Kuartal IV/2021 di Gedebage, terjadi kenaikan harga tanah sebesar 3,7% menjadi Rp15.740.740 per meternya. Harga lahan di kawasan itu saat ini dipastikan jauh lebih tinggi lagi sejalan dengan rencana pembangunan yang masih akan berlanjut, seperti Tol Getaci dan Tol Dalam Kota Bandung (BIUTR) yang akan tersambung di Gedebage. Belum lagi di dekat Gedebage, akan dibangun Kota Modern Tegalluar di Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, tentu harga tanah akan kian melejit.
