Akhir Kesenjangan: 3 Alasan Tol Getaci dan JTS Jabar Tingkatkan Konektivitas Jabar Selatan

Posted on

Kesenjangan Infrastruktur di Jabar Selatan

Masih adanya kesenjangan antara Jawa Barat utara dan Jawa Barat selatan menjadi hambatan utama dalam pembangunan di provinsi ini. Kualitas dan kelengkapan infrastruktur di wilayah utara dinilai lebih baik dibandingkan wilayah selatan, termasuk dalam hal jalan. Hal ini membuat konektivitas di Jabar selatan dinilai rendah, baik antar daerah di wilayah Jabar selatan maupun dengan wilayah lainnya.

Karakter geografis di Jabar bagian selatan yang berkelok-kelok menembus kawasan hutan dan pegunungan juga turut memengaruhi mobilitas kendaraan. Contohnya adalah Tanjakan Gentong, di mana kemacetan di akhir pekan dan musim liburan sering menjadi pemberitaan utama.

Menyadari pentingnya masalah ini, Pemprov Jabar di era Gubernur Dedi Mulyadi (KDM) menyadari bahwa isu kesenjangan dan pembangunan infrastruktur dasar harus menjadi visi dan misi utamanya pada periode 2025-2029. Tujuannya adalah untuk mengakhiri kesenjangan antara Jabar utara dan Jabar selatan.

Di masa depan, ada dua proyek pembangunan infrastruktur jalan yang akan membuka konektivitas Jabar selatan, terutama di wilayah Priangan Timur. Proyek tersebut adalah Tol Getaci dan Jalur Tengah Selatan (JTS) Jabar. Kedua proyek ini diharapkan memberikan dampak ekonomi yang besar bagi wilayah selatan.

3 Alasan Tol Getaci Buka Konektivitas Jabar Selatan

  1. Konektivitas Rendah

    Kesenjangan utama antara Jabar utara dan Jabar selatan dapat dilihat dari tingkat konektivitas yang rendah. Minimnya infrastruktur jalan tol dan transportasi publik yang terhubung dengan baik antarkabupaten atau dengan wilayah utara Jawa Barat menjadi hambatan utama. Keterbatasan ini menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi meskipun terdapat potensi yang bisa dikembangkan melalui proyek strategis seperti Tol Getaci dan pelabuhan.

Bank Indonesia Wilayah Jabar juga menyadari bahwa konektivitas di Jabar selatan masih menjadi sorotan karena berdampak pada produktivitas daerah tersebut. Kondisi ini juga berdampak pada kesenjangan dengan wilayah utara yang memiliki akses lebih baik karena infrastruktur yang lebih baik.

Beberapa kondisi terkait rendahnya konektivitas di Jabar selatan antara lain minimnya akses ke jalan tol, serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti pelabuhan dan bandara yang beroperasi secara optimal di wilayah selatan.

  1. Kemacetan

    Kemacetan juga menjadi alasan utama bahwa kehadiran Tol Getaci dan JTS Jabar akan membuka konektivitas Jabar selatan. Di kawasan Priangan Timur, masalah kemacetan di sejumlah titik menjadi hambatan utama seperti di Garut dan Tasikmalaya, yang membuat waktu tempuh semakin lama.

Masih ingat dengan kejadian mengejutkan pada periode mudik lebaran tahun 2009 saat jalur lingkar Nagreg belum dibangun, kemacetan arus mudik di jalur Nagreg terjadi hingga mengular sejauh 25 kilometer.

Kemacetan di Priangan Timur disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi geografis jalur seperti tanjakan curam dan turunan di jalur Gentong yang berpotensi menyebabkan antrean panjang. Penurunan volume kendaraan pribadi yang melebihi kapasitas jalan juga menjadi penyebab utama. Belum lagi kehadiran pasar-pasar tumpah yang mengganggu lalu lintas.

Titik-titik kemacetan di Kabupaten Garut dan Tasikmalaya yang belum teratasi antara lain:
– Jalan Limbangan: Terjadi potensi kemacetan karena empat titik pasar tumpah.
– Cagak Nagreg: Titik ini sering macet karena persimpangan kendaraan dari arah Garut dan Tasikmalaya.
– Simpang Tiga Malangbong: Titik persimpangan yang sering mengalami kemacetan karena kendaraan dari Garut, Tasikmalaya, dan Wado (Sumedang) bertemu di sini.
– Jalan Raya Kadungora-Leles
– Kawasan Cipanas

Di Kabupaten Tasikmalaya:
– Tanjakan dan turunan Gentong: Potensi macet dapat dipicu oleh kendaraan yang mogok di tanjakan atau turunan yang curam.
– Titik-titik di sekitar Gentong: SPBU, rest area, dan simpang tiga Pamoyanan menjadi titik rawan.
– Perlintasan KA Ciawi: Titik ini berpotensi macet akibat kendaraan yang berhenti untuk menunggu kereta api melintas.

  1. Realisasi Investasi Rendah

    Alasan utama lainnya adalah realisasi investasi di Jabar selatan, terutama di Priangan Timur, dinilai rendah dibandingkan bagian utara. Ketimpangan investasi yang mencolok itu juga diakui oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat Muhammad Nur.

Dalam Laporan Perekonomian Jawa Barat Triwulan I 2025, sejumlah kabupaten di wilayah Priangan Timur dinilai perlu mengoptimalkan realisasi investasi. Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Ciamis tercatat sebagai daerah dengan capaian investasi terendah di triwulan I 2025.

Berdasarkan data triwulan I 2025, realisasi investasi di Kota Banjar hanya mencapai Rp29 miliar, Kabupaten Pangandaran Rp31 miliar, dan Kabupaten Ciamis Rp44 miliar. Sementara itu, Kabupaten Bekasi menjadi daerah dengan realisasi investasi tertinggi mencapai Rp21,39 triliun. Kabupaten Karawang menyusul dengan nilai Rp15,34 triliun, disusul Kabupaten Bogor dengan Rp7,178 triliun.

“Ketimpangan ini menunjukkan ada tantangan besar di wilayah Priangan Timur, terutama dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik bagi investor,” kata Nur.

Dengan penyelesaian Tol Getaci dan JTS Jabar, diharapkan konektivitas di Jabar selatan akan terbuka lebar dan ketiga alasan utama yaitu rendahnya konektivitas, kemacetan, dan realisasi investasi yang rendah akan teratasi dengan baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *