Pemerintah Kota Surabaya ikut serta dalam acara panen bersama padi yang diselenggarakan di 14 propinsi. Acara tersebut diketuai oleh Presiden Prabowo Subianto melalui sistem online.
Walaupun berlokasi di area perkotaan yang memiliki lahan pertanian terbatas, tampaknya hal tersebut tidak menghambat mereka. Hal ini dibuktikan oleh hasil panen besar-besaran padi di Surabaya hari ini yang secara rata-rata mencapai angka 8,8 ton per hektar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti menyebutkan bahwa daerah yang terlibat dalam acara panen raya tersebut adalah area persawahan di Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak.
“Panen raya padi yang terjadi bersamaan kali ini menghasilkan hasil yang memuaskan. Jika produksi rata-rata di seluruh negeri berkisar antara 6 hingga 8 ton, maka angka kami mencapai 8,8 ton merupakan capaian yang lumayan tinggi,” ungkap Antiek pada hari Senin (7/4).
Di Surabaya sendiri, terdapat area pertanian yang menghasilkan hingga 13 ton per hektar. Karena itu, Antiek menyatakan hal tersebut sebagai capaian positif bagi daerah perkotaan seperti Surabaya, tempat lahan sangatlah terbatas.
Padi yang ditanam di area persawahan Surabaya merupakan varietas Ciherang. Jenis padi ini dipandang sebagai tumbuhan yang lebih sederhana untuk dibudidayakan bahkan tanpa sistem irigasi primer. Selain itu, padi Ciherang mampu berkembangkan diri dengan baik pada beragam jenis tanah serta cuaca.
“Saati ini, area pertanian di Kota Surabaya hanya tersisa sebanyak 843 hektar. Lahan tersebut bukanlah milik pemerintah kota atau para petani, tetapi merupakan tanah swasta yang belum digunakan untuk pengembangan, oleh karena itu dipakai sebagai ladang pertanian,” jelas dia.
Untuk menyelesaikan pembicaraan, Antiek menyebutkan bahwa padi dari musim panen terkini akan segera dijual ke Bulog dengan tarif Rp 6.500ribu setiap kilonya.
(*)